Kajian Bulanan di Musholla Nurul Iman, RW 25 Abadijaya, Griya Lembah Depok
Pengajian
bulanan di Musholla Nurul Iman telah mulai lagi sejak 6 Desember 2014. Sampai dengan saat ini, 28 Februari 2015 telah 5 kali pertemuan pengajian dilaksanakan. Kajian dilakukan dengan bimbingan Ustad Akhmad Mubarok SAg. yang saat ini tengah studi S2 di UIN Jakarta. Beliau ini adalah Ustad yang bermukim di sekitar lingkungan kami di sekitar Griya Lembah Depok. Topik bahasan adalah Kitab " TANQIHUL QAUL "
Tentang Kitab Tanqihul Qaul :
Tanqihul Qaul Hadits fie Syarhil
Lubaabil Hadits karya Asy-Syeikh
Muhammad Nawany bin Umar Al-jawi Al-Bantany, sedangkan kitab Lubaabil Hadits ditulis oleh Imam
Jalaluddin As-Suyuthy.
Kitab yang terdiri dari 40 bab dan
masing masing bab terdiri dari sepuluh hadits sehingga 400 mutiara hadits ini
berupa motifasi intimidasi hadits yang mendorong untuk kita beramal kebaikan yg
besar pahalanya sudah di kemukakan pula dan hadits yg mengancam orang orang yg
melangar larangan di mana bahayanya besar nya siksaan juga telah di kemukakan
sekali baik yang menyangkut masalah sosial pendidikan ilmu pengetahuaan ibadah
etika maupun bermasyarakat .
Kitab tanqihul qoul al hadits adalah kitab karangan
syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Jawi berisi hadits - hadits terdiri dari 40
bab dan setiap 1 bab terdiri dari 10 hadits dan merupakan penjabaran kitab ''Lubab
Al Hadits. Adapun 40 bab itu adalah: 1. Keutamaan Ilmu & ulama 2.
Keutamaan Laa Ilaaha Illalloh 3. Keutamaan Basmalah 4. Keutamaan Sholawat atas
Nabi saw 5. Keutamaan Iman 6. Keutamaan Wudhu 7. Keutamaan Siwak 8. Keutamaan
Adzan 9. Keutamaan Sholat Berjama'ah 10. Keutamaan Jum'at 11. Keutamaan Masjid
- Masjid 12. Keutamaan Bersurban 13. Keutamaan Puasa 14. Keutamaan Ibadah
Fardhu 15. Keutamaan Ibadah Sunah 16. Keutamaan Kelebihan Zakat 17. Keutamaan
Sodaqoh 18. Keutamaan Salam 19. Keutamaan Do'a 20. Keutamaan Istighfar 21.
Keutamaan Berdzikir kepada Allah Ta'ala 22. Keutamaan Bertasbih 23. Keutamaan
Taubat 24. Keutamaan Fakir 25. Keutamaan Nikah 26. Beratnya Zina 27. Beratnya
Homoseksual 28. Larangan Meminum Khamer(arak) 29. Keutamaan Memanah 30.
Keutamaan Berbakti kepada kedua orang tua 31. Keutamaan Mendidik anak - anak
32. Keutamaan Tawadhu' 33. Keutamaan Diam 34. Keutamaan Mengurangi Makan,
Minum, dan Menganggur 35. Keutamaan Menyedikitkan Tertawa 36. Keutamaan
Menjenguk orang sakit 37. Keutamaan mengingat kematian 38. Keutamaan mengingat
kubur dan ihwalnya 39. Larangan Meratapi Mayat 40. Keutamaan Sabar tertimpa
musibah
 |
Jamah sedang tekun mendengarkan kajian |
Kitab ini di beri nama '' tanqihul qoul al hadist syarah dari
pada '' lubabul hadits kitab ini sekalipun memuat hadits dloif namun tidak
baik untuk di abaikan .sebab hadits dloif dapat di gunakan untuk keutamaan
beramal sebagaimana di katakan oleh Ibnu
Hajar dalam TAMBIHUL AKHYAR dari
hadits dloif merupakan hujjah dalam FADLOILUL AM'AL dengan kesepakatan para
ulama sebagaimana di sebutkan dalam syarah MUHADZ DZAB. Hanya kepada ALLOH lah
kita memohon pertolongan adan berserah diri tiada daya dan kekuatan melainkan
dengan pertolongan alloh yang maha agung.
 |
Jamaah sedang menyimak kajian, Pak Bekti K (RW, sedang tekun) |
Biografi
Penulis
Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani Al-Jawi,
adalah salah satu ulama Indonesia yang terkenal di dunia, lahir di Kampung Pesisir, Desa Tanara, Kecamatan
Tanara, Serang, Banten, 1815. Sejak umur 15 tahun pergi ke Makkah dan
tinggal di sana tepatnya daerah Syi’ab Ali, hingga wafatnya 1897, dan
dimakamkan di Ma’la. Ketenaran beliau di Makkah membuatnya di juluki Sayyidul Ulama Hijaz (Pemimpin Ulama
Hijaz). Tanah Hijaz adalah nama daerah yang sejak 1925 diubah namanya menjadi
Saudi Arabia (setelah Keluarga Saud mengkudeta Khalifah Syarif Husein).
Di antara ulama Indonesia yang sempat belajar ke
Beliau adalah Syaikhona Khalil Bangkalan
dan Hadratusy Syekh KH Hasyim Asy’ari.
Kitab-kitab karangan beliau banyak sekali diterbitkan di Mesir. Seringkali
beliau dengan ikhlasnya hanya mengirimkan manuscript naskahnya dan setelah itu
tidak mempedulikan lagi bagaimana penerbit menyebarluaskan hasil karyanya,
termasuk hak cipta dan royaltinya. Selanjutnya kitab-kitab beliau itu menjadi
bagian dari kurikulum pendidikan agama di seluruh pesantren di Indonesia,
bahkan Malaysia, Filipina, Thailand, dan juga negara-negara di Timur Tengah.
Begitu produktifnya beliau dalam menyusun kitab
(semuanya dalam bahasa Arab) hingga orang menjulukinya sebagai Imam Nawawi
kedua. Imam Nawawi pertama adalah yang membuat Syarah Shahih Muslim, Majmu’
Syarh Muhadzdzab, Riyadlush Shalihin, dll. Namun demikian panggilan beliau
adalah Syekh Nawawi bukan Imam Nawawi. Jumlah kitab beliau yang terkenal dan
banyak dipelajari ada sekitar 22 kitab. Beliau pernah membuat tafsir Al-Qur’an
berjudul Mirah Labid yang berhasil membahas dengan rinci setiap ayat suci
Al-Qur’an. Buku beliau tentang etika berumah tangga, berjudul Uqudul Lijain
(diterjemahkan ke Bhs Ind) telah menjadi bacaan wajib para mempelai yang akan
segera menikah. Kitab Nihayatuz Zain sangat tuntas membahas berbagai masalah
fiqih (syariat Islam).
 |
Jamaah sedang tekun menyimak kajian, Pak Anas Farid sangat tekun |
Sebuah kitab kecil tentang syariat Islam yang
berjudul Sullam (Habib Abdullah bin Husein bin Tahir Ba’alawi), diberinya
Syarah (penjelasan rinci) dng judul baru Mirqatus Su’udit Tashdiq. Salah satu
karya beliau dalam hal kitab hadits adalah Tanqihul
Qoul, syarah Kitab Lubabul Hadith (Imam Suyuthi). Kitab Hadits lain yang
sangat terkenal adalah Nashaihul Ibad,
yang beberapa tahun yang lalu dibahas secara bergantian oleh Alm. KH Mudzakkir
Ma’ruf dan KH Masrikhan (dari Masjid Jami Mojokerto) dan disiarkan berbagai
radio swasta di Jawa Timur. Kitab itu adalah syarah dari kitabnya Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Diantara
karomah beliau adalah, saat menulis syarah kitab Bidayatul Hidayah (by Imam
Ghozali), lampu minyak beliau padam, padahal saat itu sedang dalam perjalanan
dengan sekedup onta (di jalanpun tetep menulis, tidak seperti kita, melamun
atau tidur). Beliau berdoa, bila kitab ini dianggap penting dan bermanfaat buat
kaum muslimin, mohon kepada Allah SWT memberikan sinar agar bisa melanjutkan
menulis. Tiba2 jempol kaki beliau mengeluarkan api, bersinar terang, dan beliau
meneruskan menulis syarah itu hingga selesai. Dan bekas api di jempol tadi
membekas, hingga saat Pemerintah Hijaz memanggil beliau untuk dijadikan tentara
(karena badan beliau tegap), ternyata beliau ditolak, karena adanya bekas api
di jempol tadi. Karomah yg lain, nampak saat beberapa tahun setelah beliau
wafat, makamnya akan dibongkar oleh pemerintah untuk dipindahkan tulang
belulangnya dan liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lain (sebagaimana lazim di
Ma’la). Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syekh Nawawi (beserta kafannya) masih utuh
walaupun sudah bertahun-tahun dikubur. Karena itu, bila pergi ke Makkah,
Insya Allah kita akan bisa menemukan makam beliau di Pemakaman Umum Ma’la.
Banyak juga kaum Muslimin yang mengunjungi rumah bekas peninggalan beliau di
Serang, Banten.
Pada 3 kali pertemuan telah dibahas keutamaan berilmu, yang intinya Kitab Tanqihul Qaul memberikan pemahaman yang luas seperti dikemukakan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani, bahwa hadist dhaif sepanjang dapat menimbulkan
Fadilah Amal dapat dijadikan hujah untuk beramal ibadah. Demikian pula menurut
Ibnu Hajar Al-Haitami lebih
mengarahkan pada pengamalan hadis dhaif dalam masalah keutamaa-keutamaan amal,
beliau menyebutkan: "para ulama telah bersepakat mengenai bolehnya
mengamalkan hadis dhaif dalam hal keutamaan-keutamaan amal, karena andaikan
hadis tersebut ternyata benar keberadaannya (sahih), maka dengan mengamalkannya
berarti hak-hak hadis tersebut telah terpenuhi. Kalaupun tidak demikian –
terbukti dhaif -- maka hal tersebut tidak akan menimbulkan pengaruh buruk
apapun seperti menghalalkan atau mengharamkan sesuatu atau hilangnya hak orang
lain".
Dalam kajian ke 4 (28 Februari 2015) tentang keutamaan Laa illaaha illallahu..... seperti dikemukan oleh
Al Fakihani, berkata: “Bahwasanya
membiasakan (membaca LAA ILAAHA ILLALLAHU) ketika memasuki rumah, maka dapat
menolak kefaqiran. Disebutkan bahwa barangsiapa yang membaca LAA ILAAHA
ILLALLAHU dengan memanjangkannya (saat membaca laa), maka gugurlah baginya
empat ribu dosa besar. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah saw. jika ia
tidak mempunyai suatu dosa besar?” Beliau bersabda: “Dapat mengampuni
keluarganya dan tetangga-tetangganya”. Hadits diriwayatkan oleh Al bukhori. (Kitab
Tanqihul Qaul) Nabi saw. bersabda: Allah Ta’ala berfirman dalam hadits
qudsi: “LAA ILAAHA ILLALLAHU ucapan-Ku, dan Aku adalah Allah, barangsiapa
membacanya maka ia masuk benteng-Ku, dan barangsiapa masuk benteng-Ku maka ia
aman dari siksa-Ku”. (Kitab Tanqihul Qaul).
Diskusi pada pertemuan ke 4 sampai kepada tahlilan yang biasa dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, sifatnya amal ibadah dan kemaslahatan.....
Demikian, semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali dalan kaijan bulan depan....
Hayo pada ngaji dalam rangka mengokohkan jamaah.....dan pemahanan yang "cair", tidak mudah mencap bid'ah....
BalasHapus