SOS BLOG: SOS BLOG: Refkesi Perlindungan Tahun 2010 dan Pros...
SOS BLOG: SOS BLOG: Refkesi Perlindungan Tahun 2010 dan Pros... : SOS BLOG: Refkesi Perlindungan Tahun 2010 dan Prospek 2011
script async='async' crossorigin='anonymous' src='https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3360697986505458'/>
KEBAJIKAN
DALAM PRESFEKTIF Q-S ALBAQARAH :148, ANNHAL:30,THAHA:112 DAN ALA’RAF:58
Islam
mengajarkan berbagai macam kebajikan, Kebajikan merupakan perbuatan yang
sangat terpuji atau merupakan kearifan atau suatu bentuk kebijaksanaan. Apa
yang kita kerjakan sekarang mungkin tidak lagi bisa kita kerjakan 1 menit
ataupun 1 tahun yang akan datang.Saat itu anda menyesal mengapa tidak
mengerjakannya waktu itu.Tidak ada siapapun yang bisa menolong kita, ketika
kita kehilangan kesempatan,
Allah
SWT sebagai pencipta dan seluruh makhluk, dengan kasih
sayangnya memberikan dorongan dan motivasi kepada manusia dalam berperilaku
di dunia untuk melakukan kebajikan. Pendapat itu sejauh yang kami ketahui
sesuai dengan firman Allah SWT:
Artinya
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada,
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguh
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.1
Manusia
diciptakan Allah berbeda dari makhluk lainnya, yaitu diberinya akal fikiran.
Hal ini menunjukan agar manusia mau berfikir sehingga memudahkannya
dalam menentukan perbuatan, dengan akal, manusia dapat memilih untuk
berbuat baik dan taat pada Tuhannya.
1 QS.AlBaqarah :148
148. dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dengan
demikian akal lah yang membimbing manusia dalam kehidupan untuk mengetahui
sisi baik atau sisi buruk pada setiap perbuatan. Jika seseorang mengetahui
sisi baik perbuatan baik artinya ia telah mengetahui kebaikan perbuatan
tersebut secara pasti, begitupun jika ia mengetahui sisi buruk dalam
perbuatan buruk, ia pun mengetahui keburukan dari perbuatan tersebut. oleh
karenanya segeralah berlomba dalam melakukkan kebajikan.
II.
PEMBAHASAN
Kebajikan
mempunyai arti yang sempit dan luas. Secara bahasa berasal dari kata bajik
dan semakna dengan kata baik, menurut Dendi Sugono, kalau dilihat
dari akar kata, kebaikan berasal dari kata baik, kebaikan
berarti sifat baik: tidak akan aku lupakan…..sedangkan kebajikan asal
dari kata bajik, yaitu sesuatu yang mendatangkan keselamatan,
keuntungan dsb2.
Poerdarmita
mendefiniskan kebajikan berasal dari kata Bajik adalah sesuatu yang
mendatangkan kebaikan (keselamatan, keberuntungan, kesenangan dsb) sedangkan kebajikan
yaitu perbutan baik. Kebaikan adalah kita wajib berbuat baik kepada
sesama manusia.3
Dalam
Al-Quran, diantaranya Surat alBaqarah ayat 148 dan alNahl ayat 30 Kebaikan
disebut dengan al-khair, sedangkan dalam surat Thaha :112 disebut Amal
Shalih dan dalam Surat alBaqarah ayat 177 dan Surat Ali Imron ayat 92
disebut al-birr (kebajikan).
B.
Kebajikan Dalam Presfektif QS. Al-Baqarah Ayat 148
Dengan
kasih sayangnya Allah SWT memberikan dorongan dan motivasi kepada manusia
dalam berperilaku di dunia untuk melakukan kebajikan, Sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah 148:
Artinya
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada,
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguh
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Dari
ayat di atas kata al-khair ‘kebaikan’ yaitu satu bentuk perbuatan
baik. Ada pula kata al-birr ‘kebajikan’ yang merupakan himpunan atau
kumpulan al-khair ‘kebaikan’. Jadi kebajikan adalah tashawwur
“persepsi atau pandangan hidup”, perasaan, amal dan perilaku.
Menurut
pendapat Mujahid bahwa kebaikan itu adalah apa yang ditetapkan di
dalam hati berupa ketaatan kepada Allah. Dan Adh-Dhahhak mengatakan
mengenai kebaktian dan ketakwaan adalah pelaksanaan semua kewajiban menurut
semestinya.5
Mengenai
tafsir ayat ini, Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abas bahwasanya tiap-tiap
pemeluk suatu agama ada kiblatnya sendiri. Namun orang yang beriman tujuan
atau kiblatnya hanya satu, yaitu mendapat ridha Allah. Kiblat bukanlah pokok,
bagi Allah SWT timur dan barat adalah sama, yang pokok ialah menghadapkan
hati langsung kepada Allah. Itulah wijhah atau tujuan yang sebenarnya.
Dalam agama tidak ada paksaan. Hanya berlombalah berbuat kebajikan, sama-sama
beramal dan membuat jasa dalam kehidupan ini. Kalau manusia dipanggil
menghadap kepada Allah, dipertanggung jawabkanlah amalan yang telah
dikerjakan di dunia. Ayat ini adalah seruan merata; seruan damai ke dalam
masyarakat manusia berbagai agama. Bukan khusus kepada umat Muhammad saja.
Jadi
mengenai arah atau kiblat bukanlah soal penting dalam agama, tetapi yang
penting ialah kebaikan amalnya. Dalam ayat ini pula mengandung janji kebaikan
bagi orang yang taat dan ancaman siksa bagi orang yang maksiat. Kemudian
Allah menegaskan tidak sulit baginya untuk menghimpun kembali semua manusia
pada hari pembalasan nanti.7
Perintah
berpacu berbuat kebaikan disini dikemukakan secara mujmal yang akan diperinci
oleh keterangan bermacam-macam kebaktian yang tercantum dalam Al-Baqarah ayat 177.
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa.
Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
Artinya”
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun telah menceritakan
kepada kami Ibnu Muhdi dari Muawiyah bin Sholih dari Abdurrahman bin Jabir
bin nafir dari ayahnya dari Nuwas bin Sam’an Alansori telah berkata: saya telah bertanya kepada Rasulullah SAW
tentang kebajikan dan dosa, maka Nabi menjawab: kebaikan adalah tingkah
laku baik dan dosa adalah sesuatu yang diragu-ragukan didalam dadamu.9
C.
Pokok-Pokok Kebajikan dalam Q.S Al-Baqarah 177.
Allah
meletakkan pokok-pokok gambaran iman yang benar, kaidah-kaidah moralitas
imani yang benar dan sifat-sifat orang yang beriman dan bertakwa. Karenanya
Allah menghimpun al-khair ‘kebaikan’ dalam al-birr ‘kebajikan’ untuk menjadi
nilai ukuran dan timbangan orang-orang yang beriman dan bertakwa.
Artinya:Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa. (QS. AlBaqarah: 177)
Ayat
ini mencakup sendi-sendi yang agung dan akidah yang lurus. Penafsiran ayat
ini adalah ketika pertama kali Allah memerintahkan oranng-orang mukmin
menghadap Baitul Maqdis dan setelah itu Dia mengalihkan Ka’bah, sebagian
Ahlul Kitab dan kaum muslimin merasa keberatan, maka Allah memberikan
penjelasan mengenai hikmah pengalihan kiblat tersebut agar taat kepada Allah,
patuh pada semua perintah-Nya, menghadap kemana saja yang diperintahkan dan
mengikuti apa yang telah disyari’atkan. Inilah yang disebut dengan kebaikan,
ketakwaan dan kesempurnaan iman.10
Imam ats-Tsauri
mengemukakan, orang yang memiliki sifat yang disebutkan dalam ayat ini
berarti ia telah masuk ke seluruh wilayah Islam dan mengambil segala bentuk
kebaikan.11 Adapun bentuk-bentuk kebaikan tersebut adalah :
Dalam
konteks lain kebajikan lebih identik dengan amal shaleh, pendapat itu sejauh
yang kami ketahui sesuai dengan Firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah ayat
148:
Artinya:”Dan
barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh dan ia dalam keadaan beriman,
maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak
(pula) akan pengurangan haknya”.
Di
dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan bahwasanya orang yang dimasa hidupnya
didunia mengamalkan amalan-amalan yang shaleh, yaitu perbuatan-perbuatan
dan usaha yang baik yang di sukai oleh Allah dan sesamanya manusia,
sedang amalannya itu timbul dari sebab imannya kepada Tuhan, bukan beramal
yang pada kulitnya kelihatan baik, padahal pada bathinnya bukan dari karena
iman kepada Allah, maka orang yang beramal dari sebab beriman, tidaklah dia
akan merrasa takut, atau tidak usah merasa cemas, takut dan bimbang bahwa dia
akan teraniaya, karena Tuhan tidak pernah berlaku aniaya kepada hamba-Nya.
Demikian juga haknya tidak akan ditelan atau akan dicurangi, kebajikan yang
di perbuatnya tidak akan di lupakan, dalam surat Al-Zilzalah:7-8 Allah sudah
menjelaskan :
“Barang
siapa yang beramal, walau sebesar dzarrah dari kebajikan, pastilah akan
dilihatnya. Dan barang siapa yang beramal walau sebesar dzarrah pastilah akan
dilihatnya”. Itulah hakekat keadilan Ilahy. 11
Betapa
pentingnya kesalehan individual dan sosial dalam ajaran islam, sehingga
keduanya di pandang sebagai satu kesatuan yang tidak boleh di pisahkan.
Begitu banyak ayat al-qur’an yang menunjukan betapa urgennya dua kesalehan
ini. Hal ini setidaknya diisyaratkan berulangnya kata amanu yang
selalu digandengkan dengan kata amilu as-shalihat tidak kurang 52
kali.12 Seyogyanya dua jenis kesalehan tersebut, dilakukan secara
seimbang dan beriringan.
D.
Balasan Bagi Pelaku Kebajikan dalam Persfektif Q.S al-Nahl :30
dan
al-Araf:58
An Nahl 30. dan dikatakan
kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh
Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan)
kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik
dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,
Allah
SWT menggambarkan keadaan orang-orang mukmin apabila ditanya kepada mereka
bagaimana kesannya terhadap orang-orang yang mematuhi ayat-ayat Allah itu
akan memberikan jawaban bahwa ayat-ayat Allah yang diturunkan adalah kebaikan
dan rahmat Allah yang diberikan kepada hambaNya yang mentaati agamanya dan
mempercayai RasulNya, serta mengamalkan bimbingan ayat itu di tengah-tengah
masyarakat, mereka akan menjadi hamba Allah yang berbuat kebajikan dan
menerima kebahagiaan hidupnya. 14
Bagi
Pelaku kebaikan di dunia ia akan mendapatkan ganjaran yang kebaikan,
sekurangnya nama baik, budi baik yang dikenangkan orang, dan kalau mati
meninggalkan kesan yang baik. Di akherat akan mendapatkan kebaikan yang lebih
baik dari pada kebaikan dunia sebab di dunia ini, walaupun betapa kita
berbuat baik, tidak juga semua manusia akan menyukai ada juga yang dengki.
Tetapi di akherat di terima langsung (mutlak) dari Allah, dalam arti kepuasan
yang sebenar-benarnya.
Negeri
yang dijanjikan di akherat itu adalah “syurga-syurga ‘Adn (Adn) artinya
yang kekal, yang mereka akan masuk ke dalamnya mengalir di bawahnya sungai-sungai,
untuk mereka ada di dalamnya apa saja yang mereka khendaki. Demikianlah
ganjaran Allah atas orang-orang yang bertakawa”Al-Baqarah 31. 15
Selanjutnya
pada QS Al-A’raf ayat 58 Allah Berfirman:
Al Araf 58. dan tanah yang
baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang
tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
Artinya:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah,
sedang tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah kami mengulang tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang
bersyukur”.
Ayat
tersebut memberikan perumpamaan pula dengan tanah yang baik dan subur serta
tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia
dalam menerima dan menempatkan petunjuk Allah. Orang-orang yang baik sifat
dan tabiatnya dapat menerima kebenaran dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan
masyarakat, sementara orang yang buruk sifat dan tabiatnya tidak mau menerima
kebenaran bahkan selalu mengingkarinya sehingga tidak mendapat paedah
sedikitpun untuk dirinya dari kebenaran itu apalagi untuk masyarakat.
Berkata
Ibnu Abbas: ayat ini adalah suatu perumpamaan yang diberikan Allah bagi
orang mukmin dan kafir, bagi orang baik dan orang jahat, Allah menyerupakan
orang-orang itu dengan tanah yang baik dan yang buruk, dan merupakan turunnya
alQur’an dengan turunnya hujan.16
Maka
bumi yang baik dengan turunnya hujan dapat mengahsilkan bunga-bunga dan
buah-buahan, sedang tanah yang buruk, bila dicurahi hujan tidak dapat
menumbuhkan kecuali sedikit sekali. Demikian pula jiwa yang baik dan bersih
dari penyakit-penyakit kebodohan dan kemerosotan akhlak, apabila disinari
cahaya alQur’an jadilah dia jiwa yang patuh dan taat serta berbudi pekerti
yang mulia.
Adapun
jiwa yangng jahat dan kotor apabial disinari oleh alQur’an jarang sekali yang
menjadi baik dan berbudi mulia.
Diriwayatkan
oleh Ahmad, Bukhori dan Muslim, dan Nasa’i dari hadits Abu musa
alasyari, Dia berkaat: Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan ilmu dan
petunjuk yang aku diutus untuk menyampaikannya adalah seperti hujan lebat
yang menimpa bumi. Maka ada diantara tanah itu yang bersih(subur) dan dapat
menerima hujan itu, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak.
Tetapi diantaranya ada tanah yang lekang yang tidak meresapi air hujan itu
dan tidak menumbuhkan sesuatu apapun.17
II.
KESIMPULAN
Manusia
diciptakan Allah berbeda dari makhluk lainnya, yaitu diberinya akal fikiran.
Hal ini menunjukan agar manusia mau berfikir sehingga memudahkannya
dalam menentukan perbuatan, dengan akal, manusia dapat memilih untuk
berbuat baik dan taat pada Tuhannya.
Kebajiakan
merupakan perbuatan-perbuatan dan usaha yang baik yang di sukai oleh Allah
dan sesamanya manusia, diantara bentuk kebajikan adalah:
1. Keimanan
2. Kemanusiaan dalam kelompk
manusia
3. Mendirikan shalat
4. Mengeluarkan zakat
5. Akhlak terpuji
Kebahagian akan di dapatkan di
dunia dan akherat,dan Kebajikan yang mutlak akan di perolehnya di akherat
kelak oleh orang-orang yang melaksanakan kebajikan.
DAFTAR
PUSTAKA
sumber
:
http://abduazis.wordpress.com/2010/05/31/kebajikan-dalam-presfektif-q-s-albaqarah-148-annhal30thaha112-dan-alaraf58/
|
Komentar
Posting Komentar